14.10.11

runaway

Lagu-lagu reggea yang mengalun bersama 1 kaleng beer dan rokok. Mencoba berbelok untuk mencari jalan keluar. Ke kanan, ke kiri. Putar arah. Mencari jembatan. Merangkak masuk jalan tikus. Dimana sih jalan lurus yang waktu itu saya lewati…

Diseberang sana, orang-orang dengan botol Mansion yang digilir. Berputar-putar. Menikung. Menebas semua ilalang yang kering karena kurang perhatian. Terus berjalan menelusuri hutan, menemukan jalan yang dituju. Kepuasan.

Handphone terus berdering untuk pesan-pesan singkat yang berisi saling membutuhkan. Sangat tajam menusuk sampai tulang rusuk. Terlalu mustahil untuk saling menemukan perempatan tempat dimana kami harusnya bertemu.

Senyuman seorang Ibu yang seharusnya ada untuk menghangatkan, tawa lepas tanpa harus membungkuk keberatan masalah hidup, kecupan serta dekapan kekasih yang menemani, kalah semua sama Marijuana.

Ini black hole? Atau sarang biawak di tepi sungai yang dingin dan basah?

Pak Tani, kami lapar, butuh beras yang bisa menjadi nasi, bukan menjadi sake.

-

Terlihat cahaya. Itu Malaikat. Eh, Yesus!. Eh,…cuma head lamp para penelusur goa. Apapun itu, sebut saja sinar dewa yang mungkin akan membawa kita keluar dari sini.

Tertawa. Tertawa sampai muntah. Memuntahkan isi perut bersama kesedihan. Beratnya mengangkat kepala hampir sama seperti beratnya meninggalkan kesenangan ini.

-

Kami sedang apa sih? Mencari jalan? Mau kemana? Menyatroni kenyataan?

Se-rumit ini?

Jangan bodoh! Sekarang waktunya tidur. Biar matahari yang tunjukan semua kebenaran hidup esok hari.


*mrc/21/mabuk

Tidak ada komentar: